Pembahasan mengenai balok beton
bertulang saya sadur dari artikel Sanggapramana dengan penyesuaian sedikit.
Silakan dipelajari bersama-sama.
Balok tanpa tulangan
Sifat beton yaitu kuat
terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik. Oleh karena itu, beton
dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik
yang melebihi kuat tariknya.
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol), dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul momen luar sehingga balok akan melengkung ke bawah.
Pada balok yang melengkung ke bawah
akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam yang
berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi atas
akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan
semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat bagian tepi bawah akan menahan
tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.
Pada tengah bentang (garis netral) ,
serat-serat beton tidak mengalami tegangan sama sekali (tegangan tekan dan
tarik = 0).
Jika beban diatas balok terlalu
besar maka garis netral bagian bawah akan mengalami tegangan tarik cukup besar
yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada bagian bawah.Keadaan ini terjadi
terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu pada lapangan/tengah
bentang.
Balok Beton dengan tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang
cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi bawah, maka perlu diberi baja
tulangan sehingga disebut dengan “beton bertulang”. Pada balok beton bertulang
ini, tulangan ditanam sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan
untuk menahan momen pada penampang retak dapat ditahan oleh baja tulangan.Karena
sifat beton yang tidak kuat tehadap tarik, maka pada gambar di atas, tampak
bahwa balok yang menahan tarik (di bawah garis netral) akan ditahan tulangan,
sedangkan bagian menahan tekan (di bagian atas garis netral) tetap ditahan oleh
beton.
Fungsi utama beton dan tulangan
Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa baik beton maupun baja-tulangan pada struktur beton bertulang tersebut
mempunyai fungsi atau tugas pokok yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang
bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk
Fungsi utama beton
- Menahan beban/gaya tekan
- Menutup baja tulangan agar tidak berkarat
Fungsi utama baja tulangan
- Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)
- Mencegah retak beton agar tidak melebar
Faktor keamanan
Agar dapat terjamin bahwa suatu
struktur yang direncankan mampu menahan beban yang bekerja, maka pada
perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu.Faktor keamanan ini
tersdiri dari 2 jenis , yaitu :
- Faktor keamanan yang bekerja pada beban luar yang bekerja pada struktur, disebut faktor beban.
- Faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur (gaya dalam), disebut faktor reduksi kekuatan.
Faktor beban luar/faktor beban
Besar faktor beban yang diberikan
untuk masing-masing beban yang bekerja pada suatu penampang struktur akan
berbeda-beda tergantung dari kombinasi beban yang bersangkutan. Menurut pasal
11.2 SNI 03-2847-2002, agar supaya struktur dan komponen struktur memenuhi
syarat dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus
dipenuhi ketentuan kombinasi-kombinasi beban berfaktor sbb :
- Jika struktur atau komponen hanya menahan beban mati D (dead) saja maka dirumuskan : U = 1,4*D
- Jika berupa kombinasi beban mati D dan beban hidup L (live), maka dirumuskan : U = 1,2*D + 1,6*L + 0,5 ( A atau R )
- Jika berupa kombinasi beban mati D,beban hidup L, dan beban angin W, maka diambil pengaruh yang besar dari 2 macam rumus berikut : U = 1,2*D + 1,0*L + 1,6*W + 0,5 ( A atau R ) dan rumus satunya : U = 0,9*D + 1,6*W
- Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua macam rumus berikut : U = 0,9*D + 1*E
Keterangan :
U = Kombinasi beban terfaktor, kN,
kN/m’ atau kNm
D = Beban mati (Dead load), kN,
kN/m’ atau kNm
L = Beban hidup (Life load), kN,
kN/m’ atau kNm
A = Beban hidup atap kN,
kN/m’ atau kNm
R = Beban air hujan, kN, kN/m’ atau
kNm
W = Beban angin (Wind load) ,kN,
kN/m’ atau kNm
E = Beban gempa (Earth quake load),
kN, kN/m’ atau kNm, ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 03-1726-1989-F,
Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung, atau penggantinya.
Untuk kombinasi beban terfaktor
lainnya pada pasal berikut :
- Pasal 11.2.4 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tanah lateral
- Pasal 11.2.5 SNI 03-2847-2002, untuk kombinasi dengan tekanan hidraulik
- Pasal 11.2.6 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh beban kejut
- Pasal 11.2.7 SNI 03-2847-2002, untuk pengaruh suhu (Delta T), rangkak, susut, settlement.
Faktor reduksi kekuatan
Ketidakpastian kekuatan bahan
terhadap pembebanan pada komponen struktur dianggap sebagai faktor reduksi
kekuatan, yang nilainya ditentukan menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai
berikut :
- Struktur lentur tanpa beban aksial (misalnya : balok), faktor reduksi = 0,8
- Beban aksial dan beban aksial lentur
- aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8
- aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
- komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7
- Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65
- Geser dan torsi : 0,75
- Tumpuan pada beton, : 0,65
Kekuatan beton bertulang
- Jenis kekuatan
Menurut SNI 03-2847-2002, pada
perhitungan struktur beton bertulang, ada beberapa istilah untuk menyatakan
kekuatan suatu penampang sebagai berikut
- Kuat nominal (pasal 3.28)
- Kuat rencana (pasal 3.30)
- Kuat perlu (pasal 3.29)
Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur
penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan
sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Pada
penampang beton bertulang, nilai kuat nominal bergantung pada:
- dimensi penampang,
- jumlah dan letak tulangan
- letak tulangan
- mutu beton dan baja tulangan
Jadi pada dasarnya kuat nominal ini
adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan struktur beton
bertulang pada keadaan normal.Kuat nominal ini biasanya ditulis dengan
simbol-simbol Mn, Vn, Tn, dan Pn dengan subscript n menunjukkan bahwa
nilai-nilai
M = Momen
V = Gaya geser
T = Torsi (momen puntir)
P = Gaya aksial (diperoleh dari
beban nominal suatu struktur atau komponen struktur)
Kuat rencana (Rr), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor
reduksi kekuatan. Kuat rencana ini juga dapat ditulis dengan simbol Mr, Vr, Tr,
dan Pr( keterangan sama seperti diatas kecuali P) = diperoleh dari beban rencana
yang boleh bekerja pada suatu struktur atau komponen struktur.
Kuat perlu (Ru), diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya
dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam kombinasi beban U.Kuat perlu
juga bisa ditulis dengan simbol-simbol Mu, Vu, Tu, dan Pu.
Karena pada dasarnya kuat rencana
Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur), sedangkan kuat
perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja pada
struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin keamanannya harus
dipenuhi syarat berikut :
Kuat Rencana (Rr) > Kuat Perlu (Ru)
Prinsip hitungan beton bertulang
Hitungan struktur beton bertulang
pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan yang berkaitan dengan
gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam.
Pada hitungan dari gaya luar, maka
harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut faktor beban sehingga
diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam, maka disertai
dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat
rencana
Selanjutnya agar struktur dapat memikul beban
dari luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa
kuat rencana Rr minimal harus sama dengan kuat perlu Ru.
Rr = Rn x faktor reduksi
No comments:
Post a Comment